Tolok Ukur Kesuksesan Manusia
Setiap orang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Namun, tidak setiap orang memahami hakikat kesuksesan yang sebenarnya. Sebagian orang memandang bahwa kesuksesan diukur dari jabatan yang diraih. Yang lain menganggap kesuksesan adalah dengan banyaknya harta dan penghasilan yang diperoleh. Ada juga yang menganggap seseorang telah sukses jika dia telah menjadi orang terpandang di tengah kaumnya.
Allah telah berfirman tentang Al-Qur’an,
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” (QS. Al-Isra: 9)
Ayat ini menjelaskan bahwa jalan yang diajarkan dan ditunjukkan oleh Al-Qur’an adalah jalan yang paling adil dan paling mulia. Baik dalam hal akidah, amalan, maupun akhlak. Maka, siapa saja yang mengambil petunjuk dari apa yang diserukan oleh Al-Qur’an, dia akan menjadi manusia yang paling sempurna, paling lurus, dan paling tepat pada setiap urusannya. (Lihat Taisirul Karimir Rahman)
Maka, tentang kesuksesan pun sesungguhnya agama Islam telah memberikan isyarat dan petunjuk yang paling tepat. Apa yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur untuk menilai sukses dan tidaknya manusia. Dan tatkala manusia hidup di alam dunia dan kelak di alam akhirat, maka kita bisa membagi tolok ukur kesuksesan menjadi dua: tolok ukur kesuksesan di akhirat dan tolok ukur kesuksesan di dunia.
Tolok ukur kesuksesan akhirat
Kehidupan manusia di akhirat hanya terbagi menjadi dua golongan saja. Satu golongan berada di dalam surga, dan satu golongan berada di dalam neraka. Allah berfirman,
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِّتُنذِرَ أُمَّ الْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۚ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al-Qur’an dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya, serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Satu golongan masuk surga, dan satu golongan masuk Jahanam.” (QS. Asy-Syura: 7)
Bagi setiap orang yang memiliki iman terhadap adanya hari akhirat dan beriman dengan adanya surga dan neraka, pasti memahami bahwa orang yang sukses di akhirat adalah orang yang masuk ke dalam surga. Karena merekalah orang yang bahagia dan beruntung di akhirat.
Allah berfirman,
وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ ۖ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ
“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga. Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain), sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS. Hud: 108)
Mereka juga memahami bahwa orang yang masuk ke dalam neraka, tentu bukanlah orang yang sukses. Bahkan, mereka adalah orang yang celaka. Allah berfirman,
فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ
“Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka. Di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih).” (QS. Hud: 106)
Dari sini jelas bahwa tolok ukur kesuksesan manusia di akhirat adalah dengan dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Hal ini pun telah Allah tegaskan dalam firman-Nya,
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata.” (QS. Al-Jatsiyah: 30)
Allah juga berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung (sukses). Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran: 185)
Tolok ukur kesuksesan dunia
Adapun di dunia, maka banyak orang yang tertipu oleh dunia sehingga menganggap sesuatu sebagai tolok ukur kesuksesan, padahal bukan.
Telah menjadi hal yang maklum diketahui, bahwa seseorang dikatakan sukses apabila dia telah menggapai tujuan yang menjadi targetnya. Sebagai contoh, seorang pelajar yang memiliki target menghafal Al-Quran 30 juz secara mutqin, maka dia dikatakan sukses jika telah meraih target tersebut. Seseorang yang belajar bahasa Arab dengan target untuk bisa baca kitab, atau agar bisa berbicara dengan bahasa Arab, dikatakan sukses apabila telah mencapai target dan tujuan tersebut.
Apabila kita melihat kepada hakikat kehidupan manusia, maka sesungguhnya Allahlah yang telah membuat target tujuan bagi manusia. Maka, siapa saja yang bisa mencapai target tujuan itulah yang sesungguhnya telah mencapai kesuksesan.
Tentang tujuan hidup manusia, Allah telah menjelaskannya dalam firman-Nya,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Apabila telah jelas bahwa ibadah adalah tujuan diciptakannya manusia, maka bisa kita katakan bahwa tolok ukur suksesnya seseorang ketika hidup di dunia adalah ketika dia beribadah dengan benar kepada Allah. Oleh karena itulah, Allah menjadikan timbangan kemuliaan manusia bukan pada harta, jabatan, atau perkara dunia lainnya. Akan tetapi, timbangan kemuliaan manusia ada pada ketakwaannya. Allah berfirman,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ. وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk rupa kalian dan harta benda kalian, akan tetapi Dia memandang kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
Atas dasar prinsip ini, maka kita katakan bahwa semua orang dalam kondisi bagaimana pun bisa meraih kesuksesan di dunia. Baik dia orang yang kaya maupun miskin, dalam kondisi sehat maupun sakit, sebagai seorang raja ataupun rakyat jelata, pengusaha besar maupun pekerja kecil, semuanya bisa dikatakan sukses apabila dia tetap beribadah kepada Allah dengan benar dalam kondisi-kondisi tersebut. Sebaliknya, orang yang memiliki harta kekayaan melimpah, jabatan tinggi, kesehatan, dan kekuatan fisik yang luar biasa, tidak dikatakan sukses apabila dia tidak beribadah kepada Allah dengan benar dalam kondisi tersebut.
Wallahu a’lam.
***
Penulis: Abu Ubaidillah Apri Hernowo
Artikel asli: https://muslim.or.id/97617-tolok-ukur-kesuksesan-manusia.html